Akan datang seorang yg ikhlas...


Syeich Ammar Bugis


Syeikh Ammar Bugis adalah seorang penyandang tunadaksa. Ia lahir dalam kondisi lumpuh total. Hanya otak, mata, dan mulutnya yang masih berfungsi. Selebihnya, sama sekali tidak dapat digunakan. Meskipun demikian, ia tidak menjadikan cacat fisiknya sebagai hambatan dalam meraih prestasi. Pria kelahiran Amerika Serikat 26 tahun silam ini telah menjadi penghafal al-Quran sejak usia 11 tahun. Dia dapat menghafal 30 juz al-Quran dalam waktu 2 tahun saja, Subhanallah!
Tidak hanya sampai di situ prestasi yang ditorehkannya. Ammar pun sukses menyelesaikan pendidikan strata satunya dari Jurusan Jurnalistik King Abdul Aziz University. Sambil kuliah ia merangkap menjadi wartawan olahraga Harian Al Madinah yang terbit di Jeddah, dan kolumnis Harian Ukaz terbitan Riyadh. Amar juga tercatat sebagai dosen di Universitas Dubai sambil meneruskan pendidikan S-2 di universitas yang sama. Ia masih tercatat sebagai penerima beasiswa dari Pangeran Uni Emirat Arab, Hamdan bin Muhammad bin Rasyid Al Maktum Al Fazza.
Seperti galibnya para lelaki, Syeikh Ammar Bugis juga mendambakan seorang pendamping hidup. Pertanyaannya adalah: adakah seorang perempuan yang bersedia mendampinginya sepanjang hayatnya?
Ketika keinginan tersebut diungkapkan kepada anggota keluarganya, tentangan pun datang dari berbagai penjuru. Bahkan salah seorang kerabatnya dengan sinis meminta agar Amar berhenti bermimpi tentang pernikahan. “Manalah mungkin ada perempuan yang sudi bersanding dengan jasad kaku yang hanya mampu berkedip dan tidak jelas berbicara,” celoteh salah satu kerabatnya.
Berkat keyakinan bahwa Allah telah menyediakan jodohnya, pada akhirnya Syeikh Ammar Bugis pun menemukan tambatan hatinya yang dengan ikhlas bersedia mendampinginya. Perempuan tersebut akrab dipanggil Ummu Yusuf. Keduanya telah resmi sebagai pasangan suami istri yang diberkati kebahagiaan oleh Allah SWT.
Kemanapun Syeikh Ammar Bugis pergi ia selalu memompakan semangat kepada orang-orang yang ditemuinya. Menurutnya, banyak orang yang lebih normal dibandingkan dengan dirinya tebelunggu oleh kata mustahil yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Syeikhh Ammar adalah orang yang telah terbebas dari belenggu tersebut. Pengalamannya tersebut telah dihimpun dalam buku berjudul Qohir Al Mustahil (Penakluk Kemustahilan).
Ya, banyak dari kalangan kita yang secara fisik maupun kejiwaan tidak kurang sesuatu apa pun, namun telah memvonis dirinya dengan kemustahilan. Akibatnya, kita hidup dalam bayang-bayang ketidakberhasilan. Termasuk dalam urusan jodoh. Kita sering silau dengan kemilau harta atau kecantikan/kegantengan seseorang yang kita taksir. Sehingga, sebelum memenangkan hatinya, kita telah keburu balik kanan lalu melangkah cepat menjauhinya.
Kita harus banyak belajar kepada Syeikh Ammar Bugis. Kita harus meningkatkan keyakinan akan kemaharahiman Allah SWT. Sebab, dibalik kemustahilan yang kita ciptakan itu sesungguhnya masih terdapat potensi serta sebongkah harapan dapat menggapi jodoh kita. Yakinkan diri sejak sekarang bahwa pada akhirnya akan ada seseorang yang dengan tulus ikhlas mencintai kita. Dia bersedia menjadi pendamping hidup kita hingga batas waktu yang hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Melayu kerja Gomen?

Apa itu subsidi?

Kullu Man Fil Kauni